Minggu, 01 September 2013

Menunggu di Alam Kubur



                                 By: 854485

Serasa berabad-abad, aku tlah terlelap tidur
Dengan gagap, kelopak mataku aku rebahkan
Yang kulihat hanyalah gulita gelap, pekat memikat
Tak satu pun bercak sinar melintas

Tubuhku ingin bergerak
Tetapi sehelai kain membalut kuat
Mengikat hingga nafasku terengah-engah


Detik-detik selanjutnya
Rasa takut merasuki benakku
Aku menggigil ketakutan
Serasa dengan gagap bertanya dalam hati
Dimanakah aku kini?

Tubuhku membujur kaku
Walau dengan sekuat hati, aku menembus asa
Namun kaki tanganku, dingin membeku dan membatu
 
Waktu kian melangkah pergi
Aku semakin benci keadaan ini
Ingin kuberteriak hingga pecah pita suaraku
Namun bibir ini seakan merapat, lantas menyatuh
Aku tak mampu bersuara lagi
 
Ragaku dikekang ruang
Pikiranku ditelan waktu
Aku hilang ruang dan waktu
 
Air mataku kering kerontang
Ketika ingin kumenangis,
Menangis,
Meratapi kebingungan yang menjalar menusuk akalku
 
Gelap tak berdaya aku membaca waktu
Entah sudah sekian lama,
Hingga bau busuk, menyengat, menggigit indra penciumanku
Bau manyat, itu yang kucium
 
Dari daging-daging tubuh
Ada belatung mencuat kegirangan
Bagai memandangi, jelata rakyat kecil yang beringas lapar
 
Belatung dengan hati yang sabar
Melahap daging demi daging
Memperlihatkan padaku belulang tulangku sendiri
 
Aku takut, takut dan sangat ketakutan
Ya Tuhan… mengapa???
Hatiku terbatah-batah menyebut nama Tuhan
Bertanya, tapi tak sampai suaraku melambai
 
Dalam kebingungan dan keputus-asaanku
Aku sadar, aku tlah tiada
Aku tlah mati binasa
Aku ada di alam kubur
Aku, ternyata sejenak menunggu,
Tibanya hari-hari penghakimanku
                                  Makassar, 14 April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar