By: 854485
Serasa
berabad-abad, aku tlah terlelap tidur
Dengan
gagap, kelopak mataku aku rebahkan Yang kulihat hanyalah gulita gelap, pekat memikat
Tak satu pun bercak sinar melintas
Tubuhku ingin bergerak
Tetapi sehelai kain membalut kuat
Mengikat hingga nafasku terengah-engah
Detik-detik selanjutnya
Rasa takut merasuki benakku
Aku menggigil ketakutan
Serasa dengan gagap bertanya dalam hati
Dimanakah aku kini?
Tubuhku membujur kaku
Walau dengan sekuat hati, aku menembus asa
Namun kaki tanganku, dingin membeku dan membatu
Waktu kian melangkah pergi
Aku semakin benci keadaan ini
Ingin kuberteriak hingga pecah pita suaraku
Namun bibir ini seakan merapat, lantas menyatuh
Aku tak mampu bersuara lagi
Ragaku dikekang ruang
Pikiranku ditelan waktu
Aku hilang ruang dan waktu
Air mataku kering kerontang
Ketika ingin kumenangis,
Menangis,
Meratapi kebingungan yang menjalar menusuk akalku
Gelap tak berdaya aku membaca waktu
Entah sudah sekian lama,
Hingga bau busuk, menyengat, menggigit indra penciumanku
Bau manyat, itu yang kucium
Dari daging-daging tubuh
Ada belatung mencuat kegirangan
Bagai memandangi, jelata rakyat kecil yang beringas lapar
Belatung dengan hati yang sabar
Melahap daging demi daging
Memperlihatkan padaku belulang tulangku sendiri
Aku takut, takut dan sangat ketakutan
Ya Tuhan… mengapa???
Hatiku terbatah-batah menyebut nama Tuhan
Bertanya, tapi tak sampai suaraku melambai
Dalam kebingungan dan keputus-asaanku
Aku sadar, aku tlah tiada
Aku tlah mati binasa
Aku ada di alam kubur
Aku, ternyata sejenak menunggu,
Tibanya hari-hari penghakimanku
Makassar, 14 April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar