By:
854485
Tiada kemilau cahaya mentari
Pekat awan memeluk cakrawala
Dingin kota kala hujan reda
Terbitkan hati yang haus merindu
hujan
Diantara rumput dan pepohonan yang basah kuyup
Aku melangkah nikmat, bersama
dingin angin menyambut
Sore di bawah kaki poco Ranaka
Takan pernah pudar damainya
ditelan waktu
Menjejaki keteduhan abadi
Dibawah mendung di kota Ruteng
Hujan itu belahan jiwaku
Hujan penyejuk hati yang
pendendam
Aku, kotaku dan hujan
Adalah secarik kertas
Aku, kotaku dan hujan
Adalah yang tak terelahkan
Makassar,
9 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar